Kenapa?

“Umi, kenapa ada syurga dan neraka?” tanya Fatah kala kami sedang jalan pagi berdua.

“Hmmm, kalau Adek berbuat baik sama umi biasanya umi akan bilang apa? terimakasih kan ya, trus kalau umi ada rejeki pasti sama umi di kasih hadiah. iya gak? kemudian Ia menganggukkan kepala. Nah, sebaliknya kalau adek berbuat tidak baik misal adek mukul kakak maka umi pasti marah kan? begitu juga syurga dan neraka. Syurga adalah tempat bagi orang yang beriman kepada Allah dan berbuat baik semasa hidupnya dan neraka adalah tempat bagi orang yang tidak beriman kepada Allah serta banyak berbuat jahat ketika di dunia. Jadi, semua perbuatan yang kita lakukan pasti ada balasannya”

Itu baru pertanyaan pertama, mendampinginya belajar sehari-hari adalah hal yang menyenangkan juga terkadang menjadi hal yang menyebalkan hahaha begitulah. Menyenangkan, karena dengan keluarnya pertanyaan-pertanyaan yang terkadang ajaib dari mulutnya itulah saya banyak belajar, kembali membuat saya semangat untuk menekuri halaman demi halaman buku sejarah islam agar saya bisa bercerita kepadanya mengenai kisah para Nabi dan sahabat atau membaca bersamanya kala Ia sedang susah makan dimana kami memiliki kesepakatan bahwa satu suapan adalah satu halaman. Menyebalkan karena terkadang jika sudah asyik melakukan sesuatu hingga Ia susah untuk mandi dan makan 😦

Mulut mungilnya juga pernah bertanya kepada saya sebuah pertanyaan yang saya merasa kesulitan menjelaskannya karena harus memilih bahasa yang mudah ia pahami. “Kenapa dalam islam, laki-laki dan perempuan kandung tidak boleh menikah?” Pertanyaan ini ia peroleh mana kala dia mendengar saya berdiskusi dengan Abi nya mengenai anak-anak yang terlahir cacat karena hasil pernikahan sekandung. Lama saya terdiam untuk kemudian merangkai bahasa yang mudah dipahaminya. “Menikah itu dek seperti Abi dan Umi jadi laki-laki dan perempuan, kenapa gak boleh Adek sama Kakak kandung menikah salah satu alasannya adalah didalam tubuh kita kan ada yang disebut gen nah gen ini kalau Adek sama Kakak biasanya ada yang sama karena orang tuanya sama. Misalkan mereka menikah maka gen yang sama tadi ketemu trus jadi malah menimbulkan penyakit untuk anak yang nantinya dilahirkan seperti yang Adek lihat di panti ” (sambil berdoa semoga ia mengerti maksud saya). “Ooo, jadi cacat gitu ya mi?”. “iya”

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Jadi ibu tidak harus pintar tapi harus CERDAS bagaimana bisa menjawab seluruh keingin tahuan Ananda, inilah yang mendorong saya untuk terus belajar, never ending learning. Semoga saya bisa menjadi Madrosatul Ula untuk anak-anak di rumah. aamiin

Published by ulimaulidah

hapiest mom on earth

Leave a comment